Subscribe Us

Bakat Bukan Takdir







Bakat Bukan Takdir


Apa yang terbayang bila disebutkan tentang bakat? Kebanyak orang akan menjawab, bakat adalah potensi. Bakat anak berarti potensi yang ada dalam diri anak. Tidak heran bila banyak orangtua yang berusaha dengan berbagai cara untuk mengenali bakat anak. Selain itu, respon umum orangtua merasa puasa, seperti kepuasan seseorang yang menemukan hiasan dinding yang tadinya hilang. Padahal setelah menemukan pun, hiasan dinding tetap dibiarkan begitu saja.

Bila merujuk pada wacara klasik, bakat memang sebagaimana dipahami banyak orang, yakni potensi yang ada dalam diri anak. Bakat adalah bawaan lahir. Bakat adalah takdir.
Bakat Bukan Takdir
Bakat Bukan Takdir | Picture : https://singing-forest.co.za

Psikolog pendidikan pendidikan, Donald O. Clifton dan Marus Buckingham, merumuskan bakat sebagai pola pikir, perasaan maupun tindakan yang berulang dan dapat diaplikasikan secara produktif. Senada dengan itu, Howard Gardner menyebutkan bakat (domain) sebagai aktivitas teratur yang dihargai masyarakat dan dapat dinilai berdasarkan tingkat keahliannya.

Bila merujuk pada dua pengertian tersebut, bakat bukan potensi, tapi suatu tindakan nyata. Bakat bukan sekadar sesuatu yang dibawa sejak lahir, tapi pengembangan potensi anak hingga menjadi tindakan nyata atau suatu karya yang bermanfaat. Bakat bukan takdir.

Kecerdasan aksara adalah potensi. Menulis buku adalah bakat. Menulis scenario film adalah bakat.
Kecerdasan sosial adalah potensi. Menjual barang adalah bakat. Meyakinkan orang adalah bakat.

Bakat adalah hasil belajar yang berkelanjutan pada suatu bidang tertentu. Tanpa proses belajar, bakat tidak akan berkembang. Karena bakat adalah hasil belajar, maka pada dasarnya setiap orang bisa punya lebih dari satu bakat, tergantung kesesuaian potensi diri dan kesempatan di masyarakat. Bakat adalah tindakan nyata atau karya yang dihasilkan seseorang yang dihargai masyarakat. Tanpa tindakan atau karya, maka hanya menjadi potensi.
Bukan bukan sesuau yang ada dalam diri anak, tapi sesuai yang dihasilkan oleh anak.

Sumber : Bukik Setiawan & Andrie Firdaus dalam buku “Bakat Bukan Takdir,” Maret 2016.





Post a Comment

0 Comments