Subscribe Us

Awas! Penggunaan Gawai Berlebihan Pada Anak Dapat Memicu Gangguan Berbahasa

DISKUSIKEHIDUPAN.com - Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan gawai kini tidak bisa dihindari, baik oleh orang dewasa maupun anak. Terlebih, saat pandemi Covid-19 melanda, maka gawai telah menjadi kebutuhan primer setiap orang, terutama anak-anak. hal ini karena metode pembelajaran telah beralih dari offline di kelas menjadi online di dunia maya, sehingga gawai menjadi alat belajar yang niscaya dipenuhi. 


 

Penggunaan gawai oleh anak telah dilaporkan memiliki beberapa efek negatif. American Academy of Pediatric (AAP) dan WHO saat ini telah mengeluarkan kebijakan screen time pada anak dikarenakan sudah terlalu banyak efek negatif yang muncul akibat kebiasaan baru di era teknologi saat ini.

BACA JUGA : Media dan Dampaknya Bagi Umat, Kritik Media oleh KH. MA. Sahal Mahfudh

Perkembangan bahasa yang optimal sangat bergantung pada stimulasi bahasa yang diberikan oleh lingkungan. Anak yang banyak menggunakan gawai, akan kehilangan pembelajaran bahasa semantik dan pragmatik. Perkembangan semantik erat kaitannya dengan perkembangan konsep yang akan merujuk ke perkembangan kognitif, dan didapat langsung dari pengalaman langsung dengan lingkungan. Dengan berpartisipasi secara langsung, anak akan dapat pengalaman memegang, merasakan, membaui, melihat, dan mendengar dimana hal ini akan memperkaya pemahamannya dalam suatu konsep kata. Pengetahuan semantik akan berkembang pesat dengan adanya komunikasi dua arah seperti diskusi dan ini tidak didapat dari menonton gawai.

Screen time yang berlebihan pada anak akan mengurangi pembelajaran bahasa semantik (pemahaman konsep melalui interaksi langsung dengan lingkungan) dan pragmatik (pengalaman belajar bahasa sosial).

Anak yang dari kecil dikenalkan kepada gawai juga akan kehilangan perkembangan pragmatik. Bahasa prakmatik adalah bahasa sosial, dimana anak menggunakan bahasanya untuk minta ijin, mengekspresikan emosi, berbicara dengan yang lebih tua, dan bagaimana cara bercanda.

BACA JUGA : Menstimulasi 5 Dimensi Perkembangan Anak dengan Membacakan Cerita Dongeng

Permainan intonasi bahasa, ritme, tempo, bahasa tubuh ada dalam konteks pragmatik. Anak harus belajar bagaimana membaca kebutuhan dari pendengarnya. Melalui interaksi dengan orang lain, anak akan mendapatkan pengalaman menggunakan bahasa yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Menurut AAP anak yang terpapar dengan gawai berlebihan di usia tiga tahun pertama kehidupan akan berefek pada perkembangan atensi, memori bahasa, dan kognitif saat usia sekolah nanti. Begitu juga menonton gawai dua jam sehari akan mengalami masalah atensi, meningkatkan perilaku agresif, dan menurunnya rasa empati. 

Banyaknya keterlibatan gawai juga akan membuat anak kesulitan saat menghadapi komunikasi dua arah. Anak menjadi terbiasa tidak banyak bicara apabila terlalu sering melihat gawai. Saat anak diharuskan berkomunikasi dengan orang lain, anak diharuskan menjawab pertanyaan, mengungkapkan pikiran, mengungkapkan perasaan yang dirasakannya. Hal ini menjadi sulit karena anak tidak terlatih dalam menyusun kata yang tepat, atau ia sulit memahami makna apa yang dikatakan lawan bicaranya. Jika hal ini terus berlanjut, maka akibatnya adalah terjadi dampak pada perilaku anak, seperti anak menjadi mudah emosi, gampang merengek, sering tantrum dan sangat mudah menjadi agresif . Secara tidak langsung, berubahnya perilaku anak, akan diikuti dengan menurunnya kemampuan fungsi eksekutif. Hal ini dapat muncul hanya karena penggunaan gawai yang tidak tepat di awal kehidupan.

BACA JUGA : Harus Memberikan Hukuman Pada Anak? Perhatian Prisip ini!

Penggunaan gawai juga akan menghabiskan masa emas perkembangan anak yang seharusnya dapat digunakan anak untuk mengembangkan potensinya. Semakin dini kita memperkenalkan gawai kepada anak, atau semakin sering durasi dan frekuensi anak terpapar gawai, maka akan semakin besar dampak negatif yang mungkin akan muncul.

Anak yang terpapar dengan gawai berlebihan di usia 3 tahun pertama kehidupan akan berefek pada perkembangan atensi, memori bahasa dan kognitif saat usia sekolah nantinya

Suatu penelitian di sebuah sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia pada anak usia 24-60 bulan mengenai penggunaan gawai, didapatkan ada 15,34% penggunaan gawai rendah, 33,74% penggunaan gawai sedang, dan 50,92% penggunaan gawai tinggi. Mayoritas penggunaan gawai disini adalah menggunakan gawai jenis tablet dan handphone dengan aplikasi terbanyak adalah untuk bermain game dan nonton video. 

Anak-anak tersebut dilakukan penilaian perkembangan menggunakan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Terdapat 43,47% anak dengan penggunaan gawai dengan intensitas yang tinggi mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.

Penelitian ini memaparkan bahwa gambaran paparan gawai pada anak usia di bawah 60 bulan di salah satu daerah di Indonesia cukup tinggi. Lebih dari 50% anak termasuk dalam paparan gawai tingkat tinggi. Penelitian ini bisa menjadi salah satu gambaran betapa paparan gawai sangat tinggi di negara kita. Hal ini dapat menjadi masalah serius dimana harusnya anak dapat memiliki waktu dan stimulasi yang lebih baik untuk kepintaran mereka di masa akan datang, namun tidak tercapai karena perkembangan teknologi yang tidak tepat digunakan. 

Sumber : Dina Alia, dkk. "Gangguan Bahasa pada Anak, Hubungan dengan Kualitas Hidup Masa Depan", 2021


 

Post a Comment

0 Comments