Subscribe Us

Kisah Inspirasi dari Orangtua dengan Anak Autistik

DISKUSIKEHIDUPAN.com – Setiap manusia memiliki kisahnya sendiri, yang terangkai dalam konstelasi kehidupan dengan hiasan dinamikanya. Kisah yang tersemat di setiap manusia seringkali bahkan hampir pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai manusia memang hidup di tanah yang sama, namun kisah mereka sangat mungkin berbeda. Variasi kisah itu, banyak yang terekam dalam narasi yang terkodifikasi, ada pula yang hanya dipendam dalam hati.
Kisah Inspirasi dari Orangtua dengan Anak Autistik


BACA JUGA : Viral Yang Menggerakkan, Belajar dari Kasus Perundungan Siswi di SMP Purworejo

Diantara kisah yang dinarasikan itu, tertuang dalam buku “Warna-warni Kehidupan Ketika Anak Autistik Berkembang Remaja,” karya Dyah Puspita. Buku setebal 206 halaman itu adalah buku keduanya yang ia tulis dan merupakan kodifikasi kisah hidupnya sebagai ibunda individu autistik.

BACA JUGA : Yuk Pahami Pendidikan Segregasi, Terpadu, dan Inklusi

Pada postingan kali ini, admin ingin menyajikan penggalan tulisan dari buku inspiratif tersebut kepada para pembaca. Tulisan ini penting dibaca oleh para orangtua, terutama bagi orang orangtua yang juga memiliki anak dengan autisme. Berikut penggalan tulisan tersebut:

“Kehidupan sebagai orangtua individu autistik tidak mudah. Suka dan duka silih berganti. Keberhasilan dan kegagalan bisa terjadi dalam hitungan detik, seolah membalik telapak tangan. Masalah sangat beragam, mulai dari keuangan, silang pendapat, pencarian pendidikan yang tepat dan memadai, pola asuh, kesempatan menggunakan fasilitas umum, sampai masalah tidur dan medikasi .

Satu hal yang sedari dulu tidak kusadari adalah bahwa perjuangan membesarkan anak autistik tidak akan ada habisnya. Ini merupakan perjalanan sangat panjang, lebih merupakan kegiatan lari maraton daripada lari sprint (jarak pendek).


BACA JUGA : Mendirikan Sekolah Inklusi Di Atas Pondasi Filosofi dan Nilai

Andai ini ku tahu dari dulu, aku fokus pada mengupayakan motivasi orangtua (dan diri sendiri) untuk berjuang terus menerus, untuk terus membangkitkan harapan dalam diri. Aku akan mengupayakan mempelajari berbagai teknik meredakan ketegangan dalam diri agar aku (dan orangtua lainnya) dapat mengatasi masalah dengan tenang dan terus bertahan mengarungi perjalanan ini dengan tatapan positif.

Autisme adalah sebuah gangguan perkembangan yang dapat berlangsung sepanjang hayat, meskipun gejalanya sangat dapat diminimalisir sampai-sampai tidak tampak intens di masa dewasa. Setiap sel perkembangan anak memiliki masalah. Sejak diagnosis ditegakkan di usia balita, penanganan awal dalam bentuk berbagai terapi, pendidikan usia sekolah, memasuki usia praremaja, lalu remaja, kemudian dewasa, semua mengandung masalah yang tidak akan ada habisnya.


BACA JUGA : Anak Berkebutuhan Khusus, Yuk Kenali dan Sapa Mereka

Namun, hal ini sebetulnya tidak berbeda dengan bila kita memiliki anak yang tidak bermasalah. Andai aku tahu hal ini sejak dulu, aku akan mengambil sudut pandang seperti itu sehingga aku dapat membantu diriku (dan orangtua lainnya) untuk tetap melihat segala hal secara proporsional. Bila kita bisa melihat bahwa masalah merupakan bagian dari kehidupan, sikap kita tentu bisa lebih tenang dan objektif dan kita insya Allah tidak berlarut-larut berendam dalam kubangan perasaan negatif tetapi berupaya meraih solusi dengan berbagai cara.

Teman dan lingkungan merupakan sumber inspirasi dan motivasi di hari ini. Andai aku tahu sejak dulu, tentu aku tidak menutup diri dari pergaulan. Aku seharusnya membuka diri, berbagi rasa suka dan duka sehingga berbagai hal dapat ku petik dari lingkungan. Sekarang aku bertekad untuk terus berbagi dengan lingkungan ku, karena dengan berbagi maka aku bisa belajar dari orang lain, begitu pula sebaliknya.

Aku dulu tidak pernah berpikir bahwa stres itu dapat dikendalikan. Tetapi kini, aku tahu bahwa pikiran kita dapat mengelola stress sehingga menjadi sesuatu yang positif bagi kehidupan kita sendiri. kata-kata bijak berikut ini menarik sekali untuk di simak:

Stress is not what happens to us. It’s our response to what happens, and response is something we choose.

Stres bukan sesuatu yang terjadi kepada kita. Stres merupakan respons kita terhadap kejadian tertentu, dan respon ini merupakan sesuatu yang kita pilih. Jadi, respons kita inilah yang perlu dikelola dengan baik.

Salah satu faktor yang memperberat perasaan tertekan adalah tidak tercapainya pengharapan kita akan sesuatu. Membandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang dimiliki orang lain akan membuat kita tidak bersyukur atas nikmat-Nya. Kesadaran akan hal ini tidak serta merta aku memilikinya sejak dulu. Andai aku tahu, tentu aku akan berhenti membandingkan diriku, membandingkan keadaan anakku, dan terus fokus mencari hal positif yang ada pada diri kami semua.


BACA JUGA : Waspadalah Jika Anak Terlambat Bicara

Tentu aku akan lebih banyak mensyukuri nikmat-Nya dan mencari hikmah dari setiap kesulitan, seperti yang baru beberapa tahun terakhir aku lakukan. Rasa syukur tersebut ternyata justru merupakan cara paling efektif untuk mengurangi stress akibat masalah yang datang bertubi-tubi silih berganti setiap hari.”


Kutipan di atas hanya sepenggal kisah yang ditulis oleh Dyah Puspita. Temukan lebih banyak lagi kisah-kisah inspiratif lainnya di buku yang ditulisnya.

Post a Comment

0 Comments